Selasa, 26 Juni 2012

OTONOMI DAERAH


 BAB I

A.  LATAR BELAKANG
Otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerahnya masing-masing.

B.   TUJUAN
-          menambah wawasan para pembaca, untuk mengetahui tentang otonomi daerah pada daerah Sukabumi.

BAB II
ISI
Masyarakat yang bermukim di wilayah Kabupaten Sukabumi bagian selatan, mengancam akan menggabungkan diri (berintegrasi) dengan pemerintahan negara Australia. Ultimatum tersebut mencuat menyusul adanya wacana yang menyebutkan wilayah Kabupaten Sukabumi Selatan tidak termasuk sebagai daerah yang dimekarkan.
"Kami akan meminta kerjasamanya kepada pemerintah Australia agar bisa memisahkan diri dari Kabupaten Sukabumi jika pemerintah daerah tidak menjadikan Kabupaten Sukabumi Selatan sebagai daerah otonom baru," ujar Koordinator Badan Percepatan Pemekaran Kabupaten Sukabumi ( BP2KS), Deddy A Sastrawidhaya kepada wartawan, Minggu (25/1/2009).
Disebutkan Deddy, masyarakat Sukabumi Selatan telah berjuang selama 20 tahun untuk pemekaran wilayah kabupaten menjadi tiga daerah otonom baru, antara lain
1. Kabupaten Sukabumi Utara
2. Kabupaten Palabuhan Ratu (induk)
3. Kabupaten Sukabumi Selatan.
Namun kenyataannya, pemerintah daerah kini lebih terkesan hanya memprioritaskan pemekaran Kabupaten Sukabumi menjadi dua daerah otonom, yakni Kabupaten Pelabuhan Ratu dan Kabupaten Sukabumi Utara.
"Dengan adanya wacana pemekaran wilayah hanya menjadi dua, mayarakat Kabupaten Sukabumi Selatan merasa didzalimi atau dikhianati. Ini membuktikan bahwa pemerintah daerah tidak aspiratif terhadap perjuangan masyarakat. Dengan kondisi seperti ini, maka kami menyatakan menolak pemekaran daerah," tandasnya.
Sebelumnya, Ketua Panitia Khusus (Pansus) Pemekaran DPRD Kabupaten Sukabumi, Ahmad Dani, menjelaskan upaya pemekaran wilayah kabupaten telah memasuki tahap pengesahan ibu kota bagi masing-masing daerah otonom baru.
Penetapan ini dilakukan menyusul setelah adanya pemenuhan persyaratan administrasi berupa pernyataan dukungan dari seluruh masyarakat melalui badan perwakilan desa (BPD) sesuai peraturan pemerintah (PP) No 78 tahun 2007. Sampai sejauh ini pemerintah daerah masih tetap mengajuklan pemekaran kabupaten menjadi tiga daerah otonom baru.(Toni Kamajaya/Sindo/hri)

BAB III
PENUTUP

                Demikian yang dapat saya paparkan mengenai otonomi daerah Sukabumi, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan tema penulisan ini.
Saya banyak berharap semoga tulisan ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.

KESIMPULAN
Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing. Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan yaitu pemerintah daerah. Pemerintah daerah bebas berkreasi dan berekspresi dalam rangka membangun daerahnya, tentu saja dengan tidak melanggar ketentuan hukum yaitu ya perundang undangaan

SARAN
jangan sampai pemekaran wilayah hanya dijadikan sarana untuk berebut kekuasaan, seakan-akan wilayah tersebut seperti miliknya sendiri, butuh kesejateraan,bangun infrastruktur bukan pemekaran wilayah,hilangkan KKN sehingga pemekaran ini segera bisa terwujud.

DAFTAR PUSTAKA

Selasa, 05 Juni 2012

Kronologi Sejarah Sunda

Kata Sunda artinya Bagus/ Baik/ Putih/ Bersih/ Cemerlang, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang Sunda diyakini memiliki etos/ watak/ karakter Kasundaan sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Watak / karakter Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas diri), dan pinter (pandai/ cerdas) yang sudah ada sejak jaman Salaka Nagara tahun 150 sampai ke Sumedang Larang Abad ke- 17, telah membawa kemakmuran dan kesejahteraan lebih dari 1000 tahun.

Sunda merupakan kebudayaan masyarakat yang tinggal di wilayah barat pulau Jawa dengan berjalannya waktu telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Sebagai suatu suku, bangsa Sunda merupakan cikal bakal berdirinya peradaban di Nusantara, di mulai dengan berdirinya kerajaan tertua di Indonesia, yakni Kerajaan Salakanagara dan Tarumanegara sampai ke Galuh, Pakuan Pajajaran, dan Sumedang Larang. Kerajaan Sunda merupakan kerajaan yang cinta damai, selama pemerintahannya tidak melakukan ekspansi untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Keturunan Kerajaan Sunda telah melahirkan kerajaan- kerajaan besar di Nusantara diantaranya Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Mataram, Kerajaan Cirebon, Kerajaan Banten, dll.

Kronologi Sejarah Kerajaan Sunda


Kerajaan Sunda (669-1579 M), menurut naskah Wangsakerta merupakan kerajaan yang berdiri menggantikan kerajaan Tarumanagara. Kerajaan Sunda didirikan oleh Tarusbawa pada tahun 591 Caka Sunda (669 M). Menurut sumber sejarah primer yang berasal dari abad ke-16, kerajaan ini merupakan suatu kerajaan yang meliputi wilayah yang sekarang menjadi Provinsi Banten, Jakarta, Provinsi Jawa Barat , dan bagian barat Provinsi Jawa Tengah.

Berdasarkan naskah kuno primer Bujangga Manik (yang menceriterakan perjalanan Bujangga Manik, seorang pendeta Hindu Sunda yang mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di Pulau Jawa dan Bali pada awal abad ke-16), yang saat ini disimpan pada Perpustakaan Boedlian, Oxford University, Inggris sejak tahun 1627), batas Kerajaan Sunda di sebelah timur adalah Ci Pamali ("Sungai Pamali", sekarang disebut sebagai Kali Brebes) dan Ci Serayu (yang saat ini disebut Kali Serayu) di Provinsi Jawa Tengah.





Tome Pires (1513) dalam catatan perjalanannya, Suma Oriental (1513 – 1515), menyebutkan batas wilayah Kerajaan Sunda di sebelah timur sebagai berikut: “Sementara orang menegaskan bahwa kerajaan Sunda meliputi setengah pulau Jawa. Sebagian orang lainnya berkata bahwa Kerajaan Sunda mencakup sepertiga Pulau Jawa ditambah seperdelapannya lagi. Katanya, keliling Pulau Sunda tiga ratus legoa. Ujungnya adalah Ci Manuk.'



Menurut Naskah Wangsakerta, wilayah Kerajaan Sunda mencakup juga daerah yang saat ini menjadi Provinsi Lampung melalui pernikahan antara keluarga Kerajaan Sunda dan Lampung. Lampung dipisahkan dari bagian lain kerajaan Sunda oleh Selat Sunda.



Hubungan Kerajaan Sunda dengan Eropa



Kerajaan Sunda sudah lama menjalin hubungan dagang dengan bangsa Eropa seperti Inggris, Perancis dan Portugis. Kerajaan Sunda malah pernah menjalin hubungan politik dengan bangsa Portugis. Dalam tahun 1522, Kerajaan Sunda menandatangani Perjanjian Sunda-Portugis yang membolehkan orang Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kelapa. Sebagai imbalannya, Portugis diharuskan memberi bantuan militer kepada Kerajaan Sunda dalam menghadapi serangan dari Demak dan Cirebon (yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda).



Sejarah

Sebelum berdiri sebagai kerajaan yang mandiri, Sunda merupakan bagian dari Tarumanagara. Raja Tarumanagara yang terakhir, Sri Maharaja Linggawarman Atmahariwangsa Panunggalan Tirthabumi (memerintah hanya selama tiga tahun, 666-669 M), menikah dengan Déwi Ganggasari dari Indraprahasta. Dari Ganggasari, beliau memiliki dua anak, yang keduanya perempuan. Déwi Manasih, putri sulungnya, menikah dengan Tarusbawa dari Sunda, sedangkan yang kedua, Sobakancana, menikah dengan Dapuntahyang Sri Janayasa, yang selanjutnya mendirikan kerajaan Sriwijaya. Setelah Linggawarman meninggal, kekuasaan Tarumanagara turun kepada menantunya, Tarusbawa. Hal ini menyebabkan penguasa Galuh, Wretikandayun (612-702) memberontak, melepaskan diri dari Tarumanagara, serta mendirikan Galuh yang mandiri. dari pihak Tarumanagara sendiri, Tarusbawa juga menginginkan melanjutkan kerajaan Tarumanagara. Tarusbawa selanjutnya memindahkan kekuasaannya ke Sunda, di hulu sungai Cipakancilan dimana di daerah tersebut sungai Ciliwung dan sungai Cisadane berdekatan dan berjajar. Kurang lebih adalah Kotamadya Bogor saat ini. Sedangkan Tarumanagara diubah menjadi bawahannya. Beliau dinobatkan sebagai raja Sunda pada hari Radite Pon, 9 Suklapaksa, bulan Yista, tahun 519 Saka (kira-kira 18 Mei 669 M). Sunda dan Galuh ini berbatasan, dengan batas kerajaanya yaitu sungai Citarum (Sunda di sebelah barat, Galuh di sebelah timur).



Kerajaan kembar

Putera Tarusbawa yang terbesar, Rarkyan Sundasambawa, wafat saat masih muda, meninggalkan seorang anak perempuan, Nay Sekarkancana. Cucu Tarusbawa ini lantas dinikahi oleh Rahyang Sanjaya dari Galuh, sampai mempunyai seorang putera, Rahyang Tamperan.



Ibu dari Sanjaya adalah SANAHA, cucu Ratu Shima dari Kalingga, di Jepara. Ayah dari Sanjaya adalah Bratasenawa / SENA / SANNA, Raja Galuh ketiga, teman dekat Tarusbawa.





Sena adalah cucu Wretikandayun dari putera bungsunya, Mandiminyak, raja Galuh kedua (702-709 M). Sena di tahun 716 M dikudeta dari tahta Galuh oleh PURBASORA. Purbasora dan Sena sebenarnya adalah saudara satu ibu, tapi lain ayah.



Sena dan keluarganya menyelamatkan diri ke Pakuan, pusat Kerajaan Sunda, dan meminta pertolongan pada Tarusbawa. Ironis sekali memang, Wretikandayun, kakek Sena, sebelumnya menuntut Tarusbawa untuk memisahkan Kerajaan Galuh dari Tarumanegara / Kerajaan Sunda. Dikemudian hari, Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh yang sah, menyerang Galuh, dengan bantuan Tarusbawa, untuk melengserkan Purbasora.



Saat Tarusbawa meninggal (tahun 723), kekuasaan Sunda dan Galuh berada di tangan Sanjaya. Di tangan Sanjaya, Sunda dan Galuh bersatu kembali.



Tahun 732 Sanjaya menyerahkan kekuasaan Sunda-Galuh ke puteranya, Tamperan / Rarkyan Panaraban. Di Kalingga, Sanjaya memegang kekuasaan selama 22 tahun (732-754), yang kemudian diganti oleh puteranya dari Déwi Sudiwara, yaitu Rarkyan Panangkaran / Rakai Panangkaran.



Rahyang Tamperan / RARKYAN PANARABAN berkuasa di Sunda-Galuh selama tujuh tahun (732-739), lalu membagi kekuasaan pada dua puteranya: Sang Manarah (dalam carita rakyat disebut Ciung Wanara) di Galuh serta Sang Banga (Hariang Banga) di Sunda.



Sang Banga (Prabhu Kertabhuwana Yasawiguna Hajimulya) menjadi raja selama 27 tahun (739-766), tapi hanya menguasai Sunda dari tahun 759. Dari Déwi Kancanasari, keturunan Demunawan dari Saunggalah, Sang Banga mempunyai putera, bernama Rarkyan Medang, yang kemudian meneruskan kekuasaanya di Sunda selama 17 tahun (766-783) dengan gelar Prabhu Hulukujang.



Karena anaknya perempuan, Rakryan Medang mewariskan kekuasaanya kepada menantunya, Rakryan Hujungkulon atau Prabhu Gilingwesi (dari Galuh, putera Sang Mansiri), yang menguasai Sunda selama 12 tahun (783-795).



Karena Rakryan Hujungkulon inipun hanya mempunyai anak perempuan, maka kekuasaan Sunda lantas jatuh ke menantunya, Rakryan Diwus (dengan gelar Prabu Pucukbhumi Dharmeswara) yang berkuasa selama 24 tahun (795-819).



Dari Rakryan Diwus, kekuasaan Sunda jatuh ke puteranya, Rakryan Wuwus, yang menikah dengan putera dari Sang Welengan (raja Galuh, 806-813). Kekuasaan Galuh juga jatuh kepadanya saat saudara iparnya, Sang Prabhu Linggabhumi (813-842), meninggal dunia. Kekuasaan Sunda-Galuh dipegang oleh RAKRYAN WUWUS (dengan gelar Prabhu Gajahkulon) sampai ia wafat tahun 891.



Sepeninggal Rakryan Wuwus, kekuasaan Sunda-Galuh jatuh ke adik iparnya dari Galuh, Arya Kadatwan. Hanya saja, karena tidak disukai oleh para pembesar dari Sunda, ia dibunuh tahun 895, sedangkan kekuasaannya diturunkan ke putranya, Rakryan Windusakti.



Kekuasaan ini lantas diturunkan pada putera sulungnya, Rakryan Kamuninggading (913). RAKRYAN KAMUNINGGADING menguasai Sunda-Galuh hanya tiga tahun, sebab kemudian direbut oleh adiknya, Rakryan Jayagiri (916).



RAKRYAN JAYAGIRI berkuasa selama 28 tahun, kemudian diwariskan kepada menantunya, Rakryan Watuagung, tahun 942.



Melanjutkan dendam orangtuanya, Rakryan Watuagung direbut kekuasaannya oleh keponakannya (putera Kamuninggading), Sang Limburkancana (954-964).



Dari Limburkancana, kekuasaan Sunda-Galuh diwariskan oleh putera sulungnya, Rakryan Sundasambawa (964-973). Karena tidak mempunyai putera dari Sundasambawa, kekuasaan tersebut jatuh ke adik iparnya, Rakryan Jayagiri (973-989).



Rakryan Jayagiri mewariskan kekuasaannya ka puteranya, Rakryan Gendang (989-1012), dilanjutkan oleh cucunya, Prabhu Déwasanghyang (1012-1019). Dari Déwasanghyang, kekuasaan diwariskan kepada puteranya, lalu ke cucunya yang membuat prasasti Cibadak, Sri Jayabhupati (1030-1042). Sri Jayabhupati adalah menantu dari Dharmawangsa Teguh dari Jawa Timur, mertua raja Erlangga (1019-1042).



Dari Sri Jayabhupati, kekuasaan diwariskan kepada putranya, Dharmaraja (1042-1064), lalu ke cucu menantunya, Prabhu Langlangbhumi ((1064-1154). Prabu Langlangbhumi dilanjutkan oleh putranya, Rakryan Jayagiri (1154-1156), lantas oleh cucunya, Prabhu Dharmakusuma (1156-1175). Dari Prabu Dharmakusuma, kekuasaan Sunda-Galuh diwariskan kepada putranya, Prabhu Guru Dharmasiksa, yang memerintah selama 122 tahun (1175-1297). Dharmasiksa memimpin Sunda-Galuh dari Saunggalah selama 12 tahun, tapi kemudian memindahkan pusat pemerintahan kepada Pakuan Pajajaran, kembali lagi ke tempat awal moyangnya (Tarusbawa) memimpin kerajaan Sunda.



Sepeninggal Dharmasiksa, kekuasaan Sunda-Galuh turun ke putranya yang terbesar, Rakryan Saunggalah (Prabhu Ragasuci), yang berkuasa selama enam tahun (1297-1303). Prabhu Ragasuci kemudian diganti oleh putranya, Prabhu Citraganda, yang berkuasa selama delapan tahun(1303-1311), kemudian oleh keturunannya lagi, Prabu Linggadéwata (1311-1333). Karena hanya mempunyai anak perempuan, Linggadéwata menurunkan kekuasaannya ke menantunya, Prabu Ajiguna Linggawisésa (1333-1340), kemudian ke Prabu Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350). Dari Prabu Ragamulya, kekuasaan diwariskan ke putranya, Prabu Maharaja Linggabuanawisésa (1350-1357), yang di ujung kekuasaannya gugur di Bubat (baca Perang Bubat). Karena saat kejadian di Bubat, putranya -- Niskalawastukancana -- masih kecil, kekuasaan Sunda sementara dipegang oleh Patih Mangkubumi Sang Prabu Bunisora (1357-1371).



Prasasti Kawali di Kabuyutan Astana Gedé, Kawali, Ciamis.



Sapeninggal Prabu Bunisora, kekuasaan kembali lagi ke putra Linggabuana, Niskalawastukancana, yang kemudian memimpin selama 104 tahun (1371-1475). Dari isteri pertama, Nay Ratna Sarkati, ia mempunyai putera Sang Haliwungan (Prabu Susuktunggal), yang diberi kekuasaan bawahan di daerah sebelah barat Citarum (daerah asal Sunda). Prabu Susuktunggal yang berkuasa dari Pakuan Pajajaran, membangun pusat pemerintahan ini dengan mendirikan keraton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati. Pemerintahannya terbilang lama (1382-1482), sebab sudah dimulai saat ayahnya masih berkuasa di daerah timur.



Dari Nay Ratna Mayangsari, istrinya yang kedua, ia mempunyai putera Ningratkancana (Prabu Déwaniskala), yang meneruskan kekuasaan ayahnya di daerah Galuh (1475-1482).





Susuktunggal dan Ningratkancana menyatukan ahli warisnya dengan menikahkan Jayadéwata (putra Ningratkancana) dengan Ambetkasih (putra Susuktunggal). Tahun 1482, kekuasaan Sunda dan Galuh disatukan lagi oleh Jayadéwata (yang bergelar Sri Baduga Maharaja). Sapeninggal Jayadéwata, kekuasaan Sunda-Galuh turun ke putranya, Prabu Surawisésa (1521-1535), kemudian Prabu Déwatabuanawisésa (1535-1543), Prabu Sakti (1543-1551), Prabu Nilakéndra (1551-1567), serta Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana (1567-1579). Prabu Suryakancana ini merupakan pemimpin kerajaan Sunda-Galuh yang terakhir, sebab setelah beberapa kali diserang oleh pasukan Maulana Yusuf dari Kesultanan Banten, kerajaan Sunda lainnya, di tahun 1579, yang mengalibatkan kekuasaan Prabu Surya Kancana dan Kerajaan Pajajaran runtuh.





Sebelum Kerajaan Pajajaran runtuh Prabu Surya Kancana memerintahkan ke empat patihnya untuk membawa mahkota kerajaan beserta anggota kerajaan ke Sumedang Larang yang sama- sama merupakan keturunan Kerajaan Sunda untuk meneruskan pemerintahan.





Kerajaan Sumedang Larang berasal dari pecahan kerajaan Sunda-Galuh yang beragama Hindu, yang didirikan oleh Prabu Geusan Ulun Aji Putih atas perintah Prabu Suryadewata sebelum Keraton Galuh dipindahkan ke Pajajaran, Bogor. Seiring dengan perubahan zaman dan kepemimpinan, nama Sumedang mengalami beberapa perubahan. Yang pertama yaitu Kerajaan Tembong Agung yang berlokasi di Desa Cipaku Kecamatan Darmaraja (Tembong artinya nampak dan Agung artinya luhur, memperlihatkan ke Agungan Yang Maha Kuasa) dipimpin oleh Prabu Guru Aji Putih pada abad ke XII. Prabu Guru Aji Putih memiliki putra yang bernama Prabu Tajimalela dan kemudian pada masa zaman Prabu Tajimalela, diganti menjadi Himbar Buana, yang berarti menerangi alam, Prabu Tajimalela pernah berkata “Insun medal; Insun madangan”. Artinya Aku dilahirkan; Aku menerangi. Kata Sumedang diambil dari kata Insun Madangan yang berubah pengucapannya menjadi Sun Madang yang selanjutnya menjadi Sumedang. Ada juga yang berpendapat berasal dari kata Insun Medal yang berubah pengucapannya menjadi Sumedang dan Larang berarti sesuatu yang tidak ada tandingnya.



Pemerintahan berdaulat



Prabu Agung Resi Cakrabuana (950 M)

Prabu Agung Resi Cakrabuana atau lebih dikenal Prabu Tajimalela dianggap sebagai pokok berdirinya Kerajaan Sumedang. Pada awal berdiri bernama Kerajaan Tembong Agung dengan ibukota di Leuwihideung (sekarang Kecamatan Darmaraja). Beliau punya tiga putra yaitu Prabu Lembu Agung, Prabu Gajah Agung, dan Sunan Geusan Ulun.



Berdasarkan Layang Darmaraja, Prabu Tajimalela memberi perintah kepada kedua putranya (Prabu Lembu Agung dan Prabu Gajah Agung), yang satu menjadi raja dan yang lain menjadi wakilnya (patih). Tapi keduanya tidak bersedia menjadi raja. Oleh karena itu, Prabu Tajimalela memberi ujian kepada kedua putranya jika kalah harus menjadi raja. Kedua putranya diperintahkan pergi ke Gunung Nurmala (sekarang Gunung Sangkanjaya). Keduanya diberi perintah harus menjaga sebilah pedang dan kelapa muda (duwegan/degan). Tetapi, Prabu Gajah Agung karena sangat kehausan beliau membelah dan meminum air kelapa muda tersebut sehingga beliau dinyatakan kalah dan harus menjadi raja Kerajaan Sumedang Larang tetapi wilayah ibu kota harus mencari sendiri. Sedangkan Prabu Lembu Agung tetap di Leuwihideung, menjadi raja sementara yang biasa disebut juga Prabu Lembu Peteng Aji untuk sekedar memenuhi wasiat Prabu Tajimalela. Setelah itu Kerajaan Sumedang Larang diserahkan kepada Prabu Gajah Agung dan Prabu Lembu Agung menjadi resi. Prabu Lembu Agung dan pera keturunannya tetap berada di Darmaraja. Sedangkan Sunan Geusan Ulun dan keturunannya tersebar di Limbangan, Karawang, dan Brebes.



Setelah Prabu Gajah Agung menjadi raja maka kerajaan dipindahkan ke Ciguling. Ia dimakamkan di Cicanting Kecamatan Darmaraja. Ia mempunyai dua orang putra, pertama Ratu Istri Rajamantri, menikah dengan Prabu Siliwangi dan mengikuti suaminya pindah ke Pakuan Pajajaran. Kedua Sunan Guling, yang melanjutkan menjadi raja di Kerajaan Sumedang Larang. Setelah Sunan Guling meninggal kemudian dilanjutkan oleh putra tunggalnya yaitu Sunan Tuakan. Setelah itu kerajaan dipimpin oleh putrinya yaitu Nyi Mas Ratu Patuakan. Nyi Mas Ratu Patuakan mempunyai suami yaitu Sunan Corenda, putra Sunan Parung, cucu Prabu Siliwangi (Prabu Ratu Dewata). Nyi Mas Ratu Patuakan mempunyai seorang putri bernama Nyi Mas Ratu Inten Dewata (1530-1578), yang setelah ia meninggal menggantikannya menjadi ratu dengan gelar Ratu Pucuk Umun.



Ratu Pucuk Umun menikah dengan Pangeran Santri, julukan Pangeran Santri karena asalnya yang dari pesantren dan perilakunya yang sangat alim. Dengan pernikahan tersebut berakhirlah masa kerajaan Hindu di Sumedang Larang. Sejak itulah mulai menyebarnya agama Islam di wilayah Sumedang Larang.



Ratu Pucuk Umun dan Pangeran Santri

Pada pertengahan abad ke-16, mulailah corak agama Islam mewarnai perkembangan Sumedang Larang. Ratu Pucuk Umun, seorang wanita keturunan raja-raja Sumedang kuno yang merupakan seorang Sunda muslimah; menikahi Pangeran Santri (1505-1579 M) yang bergelar Ki Gedeng Sumedang dan memerintah Sumedang Larang bersama-sama serta menyebarkan ajaran Islam di wilayah tersebut. Pangeran Santri adalah cucu dari Syekh Maulana Abdurahman (Sunan Panjunan) dan cicit dari Syekh Datuk Kahfi, seorang ulama keturunan Arab Hadramaut yang berasal dari Mekkah dan menyebarkan agama Islam di berbagai penjuru daerah di kerajaan Sunda. Pernikahan Pangeran Santri dan Ratu Pucuk Umun ini melahirkan Prabu Geusan Ulun atau dikenal dengan Prabu Angkawijaya. Pada masa Ratu Pucuk Umun, ibukota Kerajaan Sumedang Larang dipindahkan dari Ciguling ke Kutamaya.



Prabu Geusan Ulun

Prabu Geusan Ulun (1580-1608 M) dinobatkan untuk menggantikan kekuasaan ayahnya, Pangeran Santri. Beliau menetapkan Kutamaya sebagai ibukota kerajaan Sumedang Larang, yang letaknya di bagian Barat kota. Wilayah kekuasaannya meliputi Kuningan, Bandung, Garut, Tasik, Sukabumi (Priangan) kecuali Galuh (Ciamis). Kerajaan Sumedang pada masa Prabu Geusan Ulun mengalami kemajuan yang pesat di bidang sosial, budaya, agama, militer dan politik pemerintahan. Setelah wafat pada tahun 1608, putera angkatnya, Pangeran Rangga Gempol Kusumadinata atau Rangga Gempol I, yang dikenal dengan nama Raden Aria Suradiwangsa menggantikan kepemimpinannya.



Pada masa awal pemerintahan Prabu Geusan Ulun, Kerajaan Pajajaran Galuh Pakuan sedang dalam masa kehancurannya karena diserang oleh Kerajaan Banten yang dipimpin Sultan Maulana Yusuf dalam rangka menyebarkan Agama Islam. Oleh karena penyerangan itu Kerajaan Pajajaran hancur. Pada saat-saat kekalahan Kerajaan Pajajaran, Prabu Siliwangi sebelum meninggalkan Keraton beliau mengutus empat prajurit pilihan tangan kanan Prabu Siliwangi untuk pergi ke Kerajaan Sumedang dengan rakyat Pajajaran untuk mencari perlindungan yang disebut Kandaga Lante. Kandaga Lante tersebut menyerahkan mahkota emas simbol kekuasaan Raja Pajajaran, kalung bersusun dua dan tiga, serta perhiasan lainnya seperti benten, siger, tampekan, dan kilat bahu (pusaka tersebut masih tersimpan di Museum Prabu Geusan Ulun si Sumedang). Kandaga Lante yang menyerahkan tersebut empat orang yaitu Sanghyang Hawu atau Embah Jayaperkosa, Batara Dipati Wiradijaya atau Embah Nangganan, Sanghyang Kondanghapa, dan Batara Pancar Buana atau Embah Terong Peot.



Walaupun pada waktu itu tempat penobatan raja direbut oleh pasukan Banten (wadyabala Banten) tetapi mahkota kerajaan terselamatkan. Dengan diberikannya mahkota tersebut kepada Prabu Geusan Ulun, maka dapat dianggap bahwa Kerajaan Pajajaran Galuh Pakuan menjadi bagian Kerajaan Sumedang Larang, sehingga wilayah Kerajaan Sumedang Larang menjadi luas. Batas wilayah baratnya Sungai Cisadane, batas wilayah timurnya Sungai Cipamali (kecuali Cirebon dan Jayakarta), batas sebelah utaranya Laut Jawa, dan batas sebelah selatannya Samudera Hindia.



Secara politik Kerajaan Sumedang Larang didesak oleh tiga musuh: yaitu Kerajaan Banten yang merasa terhina dan tidak menerima dengan pengangkatan Prabu Geusan Ulun sebagai pengganti Prabu Siliwangi; pasukan VOC di Jayakarta yang selalu mengganggu rakyat; dan Kesultanan Cirebon yang ditakutkan bergabung dengan Kesultanan Banten. Pada masa itu Kesultanan Mataram sedang pada masa kejayaannya, banyak kerajaan-kerajaan kecil di Nusantara yang menyatakan bergabung kepada Mataram. Dengan tujuan politik pula akhirnya Prabu Geusan Ulun menyatakan bergabung dengan Kesultanan Mataram. Prabu Geusan Ulun merupakan raja terakhir Kerajaan Sumedang Larang, karena selanjutnya menjadi bagian Mataram dan pangkat raja turun menjadi adipati (bupati).



Raja-raja Kerajaan Sunda dari Salaka Nagara s/d Sumedang Larang

Di bawah ini deretan raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Sunda menurut naskah Pangéran Wangsakerta (waktu berkuasa dalam tahun Masehi):



Periode Salaka Nagara dan Taruma Nagara (Dewawarman - Linggawarman, 150 - 669).

0. Dewawarman I - VIII, 150 - 362

1. Jayasingawarman, 358-382

2. Dharmayawarman, 382-395

3. Purnawarman, 395-434

4. Wisnuwarman, 434-455

5. Indrawarman, 455-515

6. Candrawarman, 515-535

7. Suryawarman, 535-561

8. Kertawarman, 561-628

9. Sudhawarman, 628-639

10. Hariwangsawarman, 639-640

11. Nagajayawarman, 640-666

12. Linggawarman, 666-669





Periode Kerajaan Galuh - Pakuan - Pajajaran - Sumedang Larang



1. Tarusbawa (menantu Linggawarman, 669 - 723)

2. Harisdarma, atawa Sanjaya (menantu Tarusbawa, 723 - 732)

3. Tamperan Barmawijaya (732 - 739)

4. Rakeyan Banga (739 - 766)

5. Rakeyan Medang Prabu Hulukujang (766 - 783)

6. Prabu Gilingwesi (menantu Rakeyan Medang Prabu Hulukujang, 783 - 795)

7. Pucukbumi Darmeswara (menantu Prabu Gilingwesi, 795 - 819)

8. Rakeyan Wuwus Prabu Gajah Kulon (819 - 891)

9. Prabu Darmaraksa (adik ipar Rakeyan Wuwus, 891 - 895)

10. Windusakti Prabu Déwageng (895 - 913)

11. Rakeyan Kamuning Gading Prabu Pucukwesi (913 - 916)

12. Rakeyan Jayagiri (menantu Rakeyan Kamuning Gading, 916 - 942)

13. Atmayadarma Hariwangsa (942 - 954)

14. Limbur Kancana (putera Rakeyan Kamuning Gading, 954 - 964)

15. Munding Ganawirya (964 - 973)

16. Rakeyan Wulung Gadung (973 - 989)

17. Brajawisésa (989 - 1012)

18. Déwa Sanghyang (1012 - 1019)

19. Sanghyang Ageng (1019 - 1030)

20. Sri Jayabupati (Detya Maharaja, 1030 - 1042)

21. Darmaraja (Sang Mokténg Winduraja, 1042 - 1065)

22. Langlangbumi (Sang Mokténg Kerta, 1065 - 1155)

23. Rakeyan Jayagiri Prabu Ménakluhur (1155 - 1157)

24. Darmakusuma (Sang Mokténg Winduraja, 1157 - 1175)

25. Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu (1175 - 1297)

26. Ragasuci (Sang Mokténg Taman, 1297 - 1303)

27. Citraganda (Sang Mokténg Tanjung, 1303 - 1311)

28. Prabu Linggadéwata (1311-1333)

29. Prabu Ajiguna Linggawisésa (1333-1340)

30. Prabu Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350)

31. Prabu Maharaja Linggabuanawisésa (yang gugur dalam Perang Bubat, 1350-1357)

32. Prabu Bunisora (1357-1371)

33. Prabu Niskalawastukancana (1371-1475)

34. Prabu Susuktunggal (1475-1482)

35. Prabu Jayadéwata (Sri Baduga Maharaja, 1482-1521)

36. Prabu Surawisésa (1521-1535)

37. Prabu Déwatabuanawisésa (1535-1543)

38. Prabu Sakti (1543-1551)

39. Prabu Nilakéndra (1551-1567)

40. Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana (1567-1579)

41. Prabu Geusan Ulun (1580-1608 M)

Sumber:

- Herwig Zahorka, The Sunda Kingdoms of West Java, From Taruma Nagara to Pakuan Pajajaran with Royal Center of Bogor, tahun 2007.

- Saleh Danasasmita, Sajarah Bogor, Tahun 2000

- Ayatrohaedi: Sundakala, Cuplikan Sejarah Sunda Berdasar Naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" Cirebon. Pustaka Jaya, 2005.

- Aca. 1968. Carita Parahiyangan: naskah titilar karuhun urang Sunda abad ka-16 Maséhi. Yayasan Kabudayaan Nusalarang, Bandung.

- Edi S. Ekajati. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Pustaka Jaya, Jakarta. ISBN 979-419-329-1

- Yoséph Iskandar. 1997. Sejarah Jawa Barat: yuganing rajakawasa. Geger Sunten, Bandung.

ARTI SILATURAHMI

Arti silaturahmi ternyata sangat berbeda dengan arti silaturahim. Susunan hurufnya hampir sama. Perbedaannnya hanya ada pada akhiran yang ada pada huruf mim.Namun ternyata  ini bisa menjadikan arti yang berbeda.
Pada dasarnya arti silaturahmi berasal dari dua kata, “silah” dan “rahmi”. Silah artinya menyambungkan. Sedang rahmi artinya rasa nyeri yang diderita para ibu ketika melahirkan. Jadi arti silaturahmi adalah menyambungkan rasa nyeri ketika melahirkan. hehehe…cukup aneh bukan??…Hal ini tentu sangat berbeda dengan arti Silaturahim yang memiliki arti menyambungkan rasa kasih sayang. So antara rasa nyeri rahim dengan “ rahim “( baca rohim ) yang berarti rasa kasih sayang dan pengertian sangatlah tidak nyambung. Namun harap maklum dengan orang kita yang memang tidak tahu atau belum tahu tentang hal ini. Salah kaprah yang terlanjur diterima masyarakat luas sebagai sebuah kebenaran, memang susah untuk diluruskan. Karena bahasa dan dialek serta artikulasi sangat erat kaitannya dengan budaya setempat. Contohnya Orang Indonesia terbiasa mengucapkan Ramadhan daripada Romadhon. Sedangkan ” asosiasi kata rahim dalam bahasa kita  berarti kandungan. Kata Rohim justru jarang di ucapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Arti silaturahmi ( baca silaturahim ) dan manfaatnya sangat besar terhadap manusia. Bersilaturahim itu termasuk amalan mulia yang berpahala besar. Ruang lingkupnya tidak hanya terbatas pada sesama manusia, tetapi juga pada dunia fauna dan flora serta mahluk jin. Hanya dengan syaitan kita tidak boleh bersilaturahim. Bahkan terhadap orang-orang muslim yang sudah wafat pun, Rasulullah SAW tetap menyuruh kita untuk terus menjalin silaturahim, yaitu dengan menziarahi kuburannya, mendoakannya dan atau berbuat baik kepada teman-teman dekat mereka yang masih hidup. “Ziarah kubur adalah Sunnah Rasulullah SAW. Ziarah juga adalah cara kita untuk mendoakan orang-orang yang telah mendahului kita,” demikian antara lain tulis K.H.Dr. Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya “Memaknai Kematian”. Al Quran mencontohkan diantara doa untuk mereka : “Tuhanku ampunilah orang-orang yang telah mendahului kami dalam keimanan” (QS.Al Hasyr : 10)
Allah SWT berfirman : “Dan sesungguhnya pada kehidupan hewan itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu”. (QS.An-Nahl (16) : 66). Dalam hal bersilaturrahmi misalnya kita bisa mencontoh semut dan lebah. Semut binatang kecil pemakan gula tapi tidak pernah sakit gula (diabetes). Resepnya, pertama karena semut senang bersilaturrahmi. Tengoklah setiap berpapasan antara sesama semut sejenis mereka saling “bersalaman” yang terlihat dari kedua kepalanya saling ketemu. Kedua, bila seekor semut menemukan rezeki, mereka tidak mau makan sendiri tapi memberi tahu semut-semut lainnya. Setelah berkumpul, baru makanan itu mereka bawa kesatu tempat dan dinikmati bersama. Demikian juga lebah. “Lebah sangat disiplin dan mengenal pembagian kerja yang sangat baik. Sarangnya dibangun berbentuk segi enam, yang telah terbukti sangat ekonomis dan kuat dibandingkan bila segi empat atau lima”. Antara tulis Ir. Permadi Alibasyah dalam bukunya “Bahan Renungan Kalbu”. Menurut penyelidikan setiap sarang lebah dihuni oleh kurang lebih 90.000 ekor lebah. Karena masing-masing mentaati aturan mereka bisa hidup rukun dan tidak pernah terjadi perkelahian

Arti Silaturahmi & Manfaat Silaturahmi

arti silaturahmi eh..maksudnya manfaat silaturahim hehe..adalah :
1. Mendapatkan ridho Allah SWT.
2. Membuat orang yang dikunjungi berbahagia. Hal ini amat sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Amal yang paling utama adalah membuat seseorang berbahagia.”
3. Menyenangkan malaikat, karena malaikat juga sangat senang bersilaturahmi.
4. Disenangi oleh manusia.
5. Membuat iblis dan setan marah.
6. Memanjangkan usia.
7. Menambah banyak dan berkah rejekinya.
8. Membuat senang orang yang telah wafat. Sebenarnya mereka itu tahu keadaan kita yang masih hidup, namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka merasa bahagia jika keluarga yang ditinggalkannya tetap menjalin hubungan baik.
9. Memupuk rasa cinta kasih terhadap sesama, meningkatkan rasa kebersamaan dan rasa kekeluargaan, mempererat dan memperkuat tali persaudaraan dan persahabatan.
10. Menambah pahala setelah kematiannya, karena kebaikannya (dalam hal ini, suka bersilaturahim) akan selalu dikenang sehingga membuat orang lain selalu mendoakannya.

Arti Silaturahmi ( baca Silaturahim ) Secara Lebih Luas

Arti Silaturahmi ( baca silaturahim ) secara umum adalah : Menghubungkan tali kekerabatan, atau menghubungkan kasih sayang dengan cara saling berkunjung terutama terhadap saudara atau anggota keluarga sendiri bahkan terhadap tetangga atau saudara se iman.
di ambil dari berbagai sumber..

kegunaan air soft gun

Kegunaan Airsoft Gun

Bukan Untuk Senjata Beladiri
Walaupun bentuknya menyerupai bentuk aslinya, airsoft gun tetaplah merupakan sebuah mainan. Rancang bangun dan mekanisme dari airsoft gun sangatlah berbeda dengan senjata aslinya. Selain material yang digunakannya, sistim penggeraknya dirancang hanya sebagai mainan untuk koleksi ataupun olahraga (permainan peperangan) saja. Rata-rata airsoft gun standard pabrik menghasilkan energi sebesar 1 joule, dengan kecepatan lesat bb (muzzle velocity) sekitar 280fps s/d 330fps (atau antara 90m/detik s/d 100m/detik). Daya jangkau efektif rata-rata untuk jenis SPG adalah 5m, 10m untuk untuk GBB dan 20m untuk AEG.
Dengan mekanisme internal airsoft gun, bentuk dan material bb, energi yang dihasilkan dan jarak jangkaunya yang relatif pendek, mainan airsoft gun ini hanya mampu menghasilkan memar merah jika terkena pada bagian tubuh. Tentu saja hal ini bisa berbeda ketika mengenai bagian mata atau muka dari jarak dekat. Hal ini tentu saja dapat mengakibatkan cedera serius pada pengguna yang terkena. Jangankan airsoft gun, sebuah garpu-pun kalau disalahgunakan dapat mengakibatkan cedera serius. Untuk menghindari penyalahgunaan tersebut, AirsoftLand, melalui PT. Tiga Tunggal Sejati, yang juga merupakan importir senjata api resmi di Indonesia, telah melalui serangkaian ujicoba di MABES POLRI untuk menguji airsoft gun ini. Airsoft Gun telah dikategorikan sebagai mainan dengan peruntukkan untuk koleksi dan olahraga saja dengan batasan-batasan terhadap kepemilikannya.
Kepemilikan airsoft gun diizinkan dengan peraturan pembatasan umur (18+), pendataan pemilik, dan disertai surat keterangan yang memuat peraturan yang tidak memperkenankan mainan ini untuk dibawa-bawa. Peraturan tersebut penting untuk ditaati agar tidak terjadi penyalahgunaan dari peruntukan kepemilikan mainan airsoft gun itu sendiri. Kepemilikan tidak resmi, seperti pembelian pada importir/pedagang tidak resmi dapat menimbulkan dampak negatif jika terjadi penyalahgunaan dari airsoft gun ini, yang tentu saja pada akhirnya nanti akan merugikan para pengguna/hobbyist airsoft itu sendiri. Pembelian airsoft gun wajib menyertakan fotokopi KTP/SIM yang masih berlaku. Pas foto 2×3 sebanyak 4 (empat) lembar. Mengisi dan menandatangani formulir pemilikan.
Sebagian besar hobbyist airsoft menggunakan airsoft gun sebagai sarana dalam bermain perang-perangan (airsoft wargames) atau sebagai barang koleksi. Sebagai benda koleksi, airsoft gun memang indah dipajang di ruang tamu maupun ruang kantor Anda. Selain itu, rekan-rekan hobbyist airsoft, menggunakan perlengkapan militer lengkap dan tak lupa dengan perangkat airsoft gun-nya,untuk bermain peperangan (airsoft wargames) layaknya serdadu tempur maupun special forces unit.
Berdandan layaknya seorang serdadu, bermain peperangan, mengkoleksi jenis-jenis mainan senjata replika airsoft gun telah menjadi bagian dari seorang hobbyist airsoft. Bersama-sama dengan rekan sehobby, para hobbyist airsoft berkumpul, bermain dan bersama-sama membuat sebuah klub airsoft wargames. Bragam klub atau perkumpulan penggemar airsoft wargames banyak bermunculan. Di Jakarta ada Code 4 Wargame Club, C-Company, Infinity, dll. Di kota lain seperti Surabaya, ada S.A.T (Surabaya Airsoft Team), C-4, G-Team, Yogyakarta ada Defcon 6, Medan dengan M.A.C (Medan Airsoft Club) dan Bandung dengan BAB (Barudak Airsoft Bandung). Selain dari klub-klub tersebut, masih banyak lagi klub-klub atau kelompok-kelompok yang menggandrungi airsoft gun ini. Uniknya, secara rutin, minimal setahun sekali, para penggemar permainan airsoft tersebut saling bertemu dan berkumpul, untuk bermain bersama di tempat-tempat yang disiapkan oleh penyelenggara.
Tahun 2003 lalu, Code 4 Wargame Club mengundang rekan-rekan sehobby untuk berkumpul dan bermain bersama di kawasan Cikole, Lembang, Jawa Barat. Pertemuan tersebut melibatkan 75 (tujuh puluh lima) orang peserta dari Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang dan Bandung.
Mereka bermalam dalam tenda-tenda dua hari tiga malam dan bermain peperangan seperti layaknya pasukan yang sedang bertempur.
di kutip dari berbagai sumber

KWC M1911 BlowBack CO2 Version (Full Metal)










Notes: CO2 Cartridge is NOT included
SKU KWC-KCB76AHN
Item Weight (gram) 900
Major Color Black
Length 218mm
Barrel Length ~100mm
Blow Back Yes
Hop-up Adjustable
Shooting Mode Semi-Automatic
Magazine Capacity 14+1
Bullet Type 6mm BB
Pistol Power Source CO2 Gas
Power (Muzzle Velocity) 390 FPS (CO2 Gas Test @ 25°C Room Temperature)
Manufacturer KWC
Package Includes
  • KWC M1911 GBB Blowback CO2 Pistol
  • 16+1 rounds Magazine
  • 100 Rounds Bullet
  • English & Chinese Instruction Manual
Disclaimer No

liburan ?sejuk?hanya ada di KOTA GARUT

Kabupaten Garut terletak di propinsi Jawa Barat. Kota Garut dikelilingi oleh lima gunung, tiga diantaranya merupakan gunung berapi aktif. Tempat wisata di Garut dilingkari oleh Gunung Guntur, Gunung Telaga Bodas, Gunung Galunggung, Gunung Papandayan dan Gunung Cikuray. Tempat wisata di Garut merupakan bagian dari tempat wisata di Jawa Barat yang indah dan mempesona. Beragam fasilitas pendukung telah dibangun pada tempat wisata di Garut untuk memanjakan pengunjung obyek wisata.
Potensi tempat wisata di Garut dibentuk oleh kondisi alam pegunungan vulkanis yang luas. Selain itu, kebudayaan masyarakat Sunda memberi ciri khas bagi daya tarik tempat wisata di Garut. Untuk mencapai tempat wisata di Garut, Anda bisa melalui kendaraan darat melalui jalur pantai selatan yang bergunung-gunung. Dari arah barat, kota Garut bisa ditempuh dari arah kota Bandung. Sementara dari arah timur, kota Garut dicapai dari wilayah kota Tasikmalaya.
Jalan-jalan ke tempat wisata di Garut sangat menyenangkan bila dilakukan bersama keluarga. Ada banyak tempat wisata di Garut yang harus Anda jelajahi keindahannya. Berikut ini rekomendasi saya tentang beberapa tempat wisata di Garut yang menarik untuk dikunjungi.

1. Taman Satwa Cikembulan: Tempat Wisata di Garut Untuk Pelestarian Hewan

Tempat wisata di Garut yang pertama kita bahas adalah Taman Satwa Cikembulan. Taman Satwa Cikembulan terletak di Kecamatan Kadungora. Obyek wisata di wilayah pelestarian alam Cangkuang ini menjadi tempat pelestarian binatang-binatang langka yang dilindungi oleh negara. Sebagai tempat wisata alam, Taman Satwa Cikembulan memiliki alam yang asri dan indah. Piknik keluarga di hari minggu sangat nyaman dilakukan di Taman Satwa Cikembulan.
Kawah Gunung Papandayan - Daya Tarik Tempat Wisata di Garut

2. Makam Ja’far Umar Sidiq: Tempat Wisata di Garut Untuk Agama Islam

Bagi wisatawan yang ingin jalan-jalan santai sekaligus berziarah ke makam tokoh bersejarah, tempat wisata di Garut adalah tempat yang lengkap. Anda bisa mengunjungi makam Ja’far Umar Sidiq yang berlokasi di kecamatan Leuwigoong dan merupakan peninggalan bersejarah bagi umat muslim. Tempat wisata di Garut ini termasuk dalam wilayah pengelolaan wisata Cangkuang. Makam Ja’far Umar Sidiq adalah bagian dari tour wisata religi yang ada di propinsi Jawa Barat.

3. Tradisi Kesenian Lomba Adu Domba di Garut

Adu domba yang ini benar-benar mengadu binatang domba, bukan adu domba antar golongan manusia atau sekelompok masyarakat. Tradisi lomba adu domba dilaksanakan di seluruh wilayah Garut dengan iringan musik tradisional. Kebiasaan ini mirip dengan tradisi Karapan Sapi di Pulau Madura. Pada waktu tertentu diadakan lomba adu domba yang menghadirkan kontestan para peternak domba dari Garut, Bandung, Tasikmalaya dan sekitarnya. Inilah event tahunan yang menjadi daya tarik tempat wisata di Garut.

4. Air Terjun Curug Orok: Tempat Wisata di Garut Yang Indah

Kota Garut juga memiliki potensi tempat wisata alam yang indah, yaitu curug (air terjun) Orok yang berada di wilayah Gunung Papandayan. Tempat wisata di Garut ini terdapat di kecamatan Cikajang dan menjadi tujuan wisata menarik di wilayah Garut. Curug Orok memiliki udara yang segar dan alami khas pegunungan. Berlibur ke Curug Orok bisa menenangkan pikiran dari aktifitas kerja sehari-hari. Di sekitar lokasi Curug Orok terdapat area perkemahan yang indah.

5. Pusat Penjualan Kerajinan Jaket Kulit Garut.

Saat menyebut nama kota Garut, maka ingatan kita akan tertuju pada kerajinan rakyat jaket kulit. Kota Garut adalah salah satu produsen jaket kulit dengan penampilan menarik dan kualitas terbaik di Indonesia. Produk jaket kulit di Garut dihasilkan dari pusat peternakan domba yang tersebar di seluruh kabupaten Garut. Jaket kulit Garut telah dijual ke seluruh wilayah Indonesia dan diekspor ke sejumlah negara tetangga. Desain dan motif jaket kulit Garut sangat beragam dan mengikuti gaya modern.
Dodol Garut - Jajanan Tradisional Yang Bisa ditemui di Tempat 
Wisata di Garut
Dodol Garut - Jajanan Tradisional Yang Bisa ditemui di Tempat Wisata di Garut

6. Obyek Wisata Kawah Gunung Papandayan di Garut.

Tempat wisata di Garut yang indah juga bisa Anda temukan di kawah Gunung Papandayan. Gunung Papandayan adalah gunung berapi yang masih aktif dan menunjukkan aktifitas vulkanis seperti halnya Gunung Bromo di Jawa Timur. Kawah Gunung Papandayan adalah tempat wisata di Garut yang menyajikan pemandangan alam yang berupa kawah gunung aktif. Tempat wisata di Garut ini terdapat di kecamatan Cisurupan dan menjadi obyek wisata populer di Jawa Barat.
Selain nama-nama di atas, tempat wisata di Garut lainnya yang menarik untuk dikunjungi adalah air terjun Curug Cimandi Racun di Leles, Danau Situ Bagendit di Banyuresmi, keindahan panorama Gunung Guntur, Kampung Adat di Bayongbong, Pantai Sayang Heulang di Pameungpeuk dan lain-lain. Puluhan obyek wisata di Garut saat ini tengah gencar dipromosikan oleh Pemerintah Daerah melalui beragam media sebagai bagian dari program Visit Indonesia
Saat jalan-jalan ke tempat wisata di Garut jangan lupa mencicipi jajanan khas Garut, yaitu dodol Garut. Di seluruh pelosok kota Garut bisa kita jumpai kerajinan rakyat membuat makanan tradisional dodol. Tempat wisata di Garut telah dilengkapi pula dengan sarana transportasi yang lancar, jaringan komunikasi yang andal, pusat informasi dan penginapan berbiaya murah. Beberapa hal tersebut merupakan pendukung bagi kemajuan tempat wisata di Garut. Ayo rencanakan liburan Anda mendatang dengan jalan-jalan santai ke tempat wisata di Garut!
  • Cipanas Garut
Cipanas merupakan salah satu tujuan wisata yang sering kali dikunjungi oleh wisatawan, tempat ini terletak di wilayah Tarogong Kidul, Garut. Sebetulnya tempat ini tidak terlalu spesial namun karena terdapatnya sumber air panas lalu kemudian membuat tempat ini menjadi salah satu tempat favorit bagi para pelancong.
Tersedianya hotel, sarana rekreasi dan juga kolam renang air panas menjadikan Cipanas Garut menjadi salah satu objek wisata yang paling banyak dikunjungi terlebih di hari libur seperti hari libur nasional dan akhir pekan. Di lokasi ini baraya tidak perlu khawatir untuk bersusah-susah mencari tempat penginapan seperti hotel karena di tempat ini banyak sekali hotel-hotel yang menawarkan fasilitas lengkap. Mencari hotel murah? anda juga tak perlu khawatir all in semuanya tersedia.
  • Situ Bagendit
Situ Bagendit merupakan tempat rekreasi alam yang merupakan sebuah danau, situ dalam bahasa sunda berarti danau. Informasi tentang Situ Bagendit bisa dilihat dalam rubrik wisata yang pernah kami ulas beberapa waktu silam.
  • Pantai Santolo
Pantai Santolo, ini juga yang menjadi tempat paling banyak dikunjungi oleh para wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Bagi anda pecinta wisata pantai anda dapat mencoba untuk berkunjung ke pantai santolo ini dengan akses yang relatif mudah untuk ditempuh. Keindahan pantai yang eksotis dengan balutan batu karang membuat tempat ini banyak dijadikan sebagai objek liburan, terlebih keindahan sunset dan sunrisenya yang sangat mempesona.
Ketiga tempat wisata garut di atas dijadikan sebagai tempat paling banyak dikunjungi oleh Pemkab.Garut pada tahun 2010 silam. Semoga di tahun ini dan tahun-tahun mendatang kunjungan wisatawan ke Garut semakin meningkat dengan sosialisasi yang maksimal.


"dikutip dari bnerbagai sumber"
http://tempatwisata.web.id/tempat-wisata-di-garut-yang-mempesona.
dan dari berbagai sumber lainnya